- Sakit kepala (gejala ini lebih sering muncul pada pecandu obat, kopi. dan rokok).
- Mual, kembung, sembelit, atau sering buang air besar (mirip diare tapi tidak lama).
- Pilek, flu, atau demam ringan.
- Nyeri pada otot dan persendian.
- Gangguan kulit. Bagi yang berjerawat, peradangan akan menghebat selama puasa. Tidak perlu cemas, karena gejala ini akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari setelah detoks asalkan tidak dipencet atau dikorek-korek.
- Gangguan emosi (menggigil seperti orang ketagihan obat, gelisah, cemas, uring-uringan, dan sulit memusatkan pikiran). Gejala ini diakibatkan menurunnya tekanan gula darah. yang merupakan cara alamiah tubuh melakukan penghematan energi selama masa puasa. Sifatnya hanya sementara.
- Kedinginan. Tubuh akan menurunkan temperaturnya selama masa puasa karena energi yang biasa dipakai untuk menghangatkan tubuh akan lebih banyak dipakai untuk mempercepat proses detoksifikasi. Karena itu, orang yang tinggal di daerah bersuhu terlalu dingin atau beku tidak dianjurkan melakukan puasa.
- Perubahan warna air seni. Warna menjadi kuning tua menandakan tubuh mulai mengalami dehidrasi atau merupakan indikasi bahwa tubuh mulai mengeluarkan banyak toksin. Selama detoks atau puasa, dianjurkan lebih banyak minum.
- Napas bau disertai timbulnya lapisan putih pada gigi dan lidah yang mengeluarkan bau tak sedap. Lapisan putih pada lidah dapat dikerok dengan sikat gigi.
Karena reaksi detoks mirip gejala penyakit atau ketagihan. orang sering terkecoh dan minum obat untuk menghentikan gejala-gejala yang dirasakannya. Selama krisis detoksifikasi berlangsung, sebaiknya justru tidak minum obat apa pun. Obat akan menghambat proses pengeluaran toksin dari dalam tubuh. Kemampuan obat hanyalah meredam gejala penyakit, tetapi tidak menghilangkan penyebabnya.


