Pada dialisis peritoneal, cairan pendialisis
dimasukkan ke dalam rongga peritoneum dan peritoneum menjadi membran
pendialisis. Hemodialisis berlangsung selama 2-4 jam, sedangkan dialisis
peritoneal berlangsung selama 36 jam. Dialisis peritoneal dipakai untuk
menangani gagal ginjal akut dan kronik. Dialisis pritoneal dapat
dilakukan di rumah atau di rumah sakit.
Keuntungan melakukan dialisis peritoneal
1. Dapat memberi status nilai kimiawi darah yang stabil.
2. Dapat diajarkan pada pasien sehingga pasien mampu mendialisis sendiri di rumah.
3. Pasien dapat mengonsumsi makanan tinggi protein karena protein ini dapat hilang dalam dialisat.
Sebelum
prosedur dilakukan, ukur tekanan darah, nadi, dan berat badan pasien
untuk data dasar dalam mengkaji adanya perubahan selama prosedur
berlangsung. Perlu juga dikaji pengetahuan pasien tentang dialisis
peritoneal dan tingkat kecemasan yang dialaminya. Biasanya, sedatif
ringan diberikan sebelum dipasang kateter peritonea. Obat sedatif dapat
membantu relaksasi dan mempermudah pemasangan kateter peritoneal.
Sebelum
memasang kateter peritoneal, dokter mencuci dan mendesinfeksi abdomen.
Anestesia lokal diberikan di daerah tengah abdomen sekitar 5 cm di bawah
umbilikus. Dokter membuat insisi kecil dan kateter multinilon
dimasukkan ke dalam rongga peritoneum. Kemudian, daerah tersebut ditutup
dengan balutan. Sekitar 2 L dialisat steril dihangatkan sesuai suhu
tubuh, kemudian disambung dengan kateter peritoneal melalui slang.
Dialisat steril dibiarkan mengalir secepat mungkin ke dalam rongga
peritoneum. Dialisat steril 2 L dihabiskan dalam waktu sepuluh menit.
Klem slang ditutup. Osmosis cairan yang maksimal dan
difusi-solutibutiran ke dalam dialisat rnurtgkin terjadi dalam 20-30
menit. Pada akhir dwell-time (waktu yang diperlukan dialisat menetap di
dalam peritoneum), klem slang dibuka dan cairan dibiarkan mengalir
karena gravitasi dari rongga peritoneum ke luar (ada kantong khusus).
Cairan ini harus mengalir dengan lancar. Waktu drainase (waktu yang
diperlukan untuk mengeluarkan semua dialisat dari rongga peritoneum)
adalah 10-15 menit. Drainase yang pertama mungkin berwarna merah rnuda
karma trauma yang terjadi waktu memasang kateter peritoneal. Pada siklus
ke-2 atau ke-3, drainase sudah jernih dan tidak boleh ada lagi drainase
yang bercampur dengan darah. Setelah cairan sudah dikeluarkan dari
rongga peritoneum, siklus yang berikutnya harus segera dimulai. Pada
pasien yang sudah dipasangkan kateter peritoneal, sebelum memasukkan
dialisat, kateter dan tempat sekitar kateter harus dicuci dengan baik
dan kulit diberi obat bakterisida. Setelah dialisis selesai, kateter
dicuci lagi dan ujungnya ditutup dengan penutup yang steril.
Pedoman perawatan dialisis peritoneal
1. Mengatur volume cairan dan drainase
a. Kaji tanda vital
b. Pantau status mental
c. Catat keseimbangan cairan setiap siklus dialisis
d. Untuk memperlancar drainage, ubah posisi pasien dengan berbaring ke sisi lain atau sisi kanan
e. Tinggikan bagian kepala tempat tidur
f. Apabila aliran dialisate berhenti, tekan abdomen dengan kedua tangan
2. Memberi rasa nyaman
a. Beri analgesik sesuai program dokter
b. Beri kegiatan yang dapat menghibur atau mengalihkan perhatian pasien
c. Beranikan pasien untuk rnengubah posisinya dan berbaring ke sisi kanan atau sisi kiri
d. Bantu dengan perawatan mulut atau makan
3. Menghindari komplikasi
a. Kaji pernapasan
b. Bantu pasien makan sedikit, tetapi sering
c. Pakai teknik aseptik
d. Lakukan kultur pada dialisat sesuai program dokter
e. Pantau suhu tubuh pasien
f. Pantau adanya mual, muntah, dan nyeri abdomen


