- Penurunan cadangan respirasi: misalnya pada asma, obesitas, kifosis (pelengkungan spinal yang berlebihan), penyakit pada otot atau saraf (mis. pada sklerosis diseminata). Pemberian opioid Enerupakan kontraindikasi bila terdapat kenaikan tekanan intrakranial atau konsentrasi karbon dioksida (pCO3) seperti yang tampak pada penyakit pernapasan yang berat.
- Pada pertambahan usia, penurunan keadaan umum atau malnutrisi, pemberian dengan dosis yang lebih head diperlukan karena dosis standar
akan menimbulkan efek samping yang berlebihan. Sebagai contoh, seorang pasien yang berusia 40 tahun mungkin memerlukan separuh dari dosis analgesik yang dibutuhkan oleh pasien yang berusia 20 tahun (Twycross, 1994).
- Hipotensi yang sudah ada sebelumnya dapat bertambah parah sehingga membahayakan jiwa pasien, misalnya sesudah terjadinya perdarahan.
- Sedasi yang berlebihan dan keadaan koma dapat terjadi karena pemberian opioid kepada ibu hamil yang menderita hipotiroidisme atau penyakit Addison.
- Meperidin (petidin) dan propoksifen merupakan jenis opioid yang paling sering menimbulkan konvulsi pada pemberian berulang. Eksaserbasi serangan kejang ini dapat terjadi jika terdapat retensi cairan setelah pemberian oksitosin.
- Efek depresan yang ditimbulkan oleh opioid pada SSP akan mempersulit setiap kenaikan tekanan intrakranial (mis. setelah serangan stroke atau kejang eklampsia) dengan memperburuk depresi pernapasan dan mengaburkan tanda vital. Depresi pernapasan karena pemberian opioid akan menimbulkan retensi karbon dioksida yang akan memunculkan kembali setiap kenaikan tekanan intrakranial dan meningkatkan iskemia serebri serta serangan kejang.
- Pemberian opioid dengan dosis yang diturunkan diperlukan jika fungsi hati atau ginjal terganggu, misalnya pada pre-eklampsia.
- Kemungkinan adanya ileus paralitik.
- Adanya riwayat alergi terhadap opioid.


